IRONMAN 140.6 hamburg (2024)

Previous Journey

triathlon indonesia

 


 

© Welem Tannasa  |   Website design by Monarchy Production

WELEM TANNASA

Pembrokeshire, Wales   |   2024

IRONMAN TRIATHLON 140.6

persiapan

Halo teman-teman!

Bagi saya, persiapan sebelum kompetisi adalah kunci utama untuk membangun mental yang kuat. Untuk persiapan IRONMAN Triathlon Wales, saya menjalani latihan cycling sejauh 149 km dengan rute yang cukup menantang yaitu dari Surabaya menuju Nongkojajar, kemudian turun ke Purwodadi, dan naik lagi ke Nongkojajar. Dua kali tanjakan di rute ini dirancang untuk menyesuaikan dengan total elevasi 2.450 meter yang akan saya hadapi di IRONMAN Wales nanti.

Selain itu, saya juga fokus pada latihan lari, mengingat rute lari di IRONMAN Wales sungguh luar biasa menantang. Di sana, saya harus menyelesaikan 4 putaran dengan total jarak 42,2 km dan elevasi 500 meter. Setiap kali berlatih, saya selalu berusaha memahami medan yang akan dihadapi nanti. Dengan begitu, tubuh saya bisa lebih siap menghadapi tantangan tersebut.

Mendekati hari race IRONMAN Wales, latihan saya semakin intens. Menu latihan terbaru adalah 6x interval lari sejauh 800 meter dengan pace 4.20. Latihan ini tidak hanya menguji fisik, tetapi juga mental, untuk memastikan saya siap menghadapi perlombaan ini secara keseluruhan.

race day - Ironman Triathlon 140.6

Perlombaan dimulai dengan renang sejauh 3,8 km di suhu air 14°C, yang membuat tubuh saya menggigil hebat. Dalam 1,5 jam, saya menyelesaikan renang dengan kondisi tubuh yang sangat kedinginan. Setelah itu, saya cepat-cepat berganti pakaian sepeda dan mencoba menghangatkan diri sebelum melanjutkan ke fase berikutnya.

 

Saat masuk ke rute sepeda, tantangan semakin berat. Di km 60, hujan mulai turun, dan suhu udara terus menurun hingga 11,4°C. Di km 160, hujan lebat mengguyur tubuh saya, dan jari-jari saya mulai mati rasa, membuat saya hampir tidak bisa merasakan shifter sepeda. Meski kondisi semakin sulit, saya terus berusaha mengayuh hingga mencapai km 180 dan akhirnya masuk ke T2.

 

Saat itu, tubuh saya masih menggigil hebat, bibir mulai tak terkontrol, dan saya belum sepenuhnya sadar dengan apa yang terjadi. Saya berganti sepatu lari dengan harapan bahwa berlari bisa membantu menghangatkan tubuh. Namun, hanya setelah 20 meter berlari keluar dari T2, tubuh saya masih terlalu kaku dan lemas akibat angin dan hujan dingin. Akhirnya, saya memutuskan untuk kembali ke T2 dan melaporkan kondisi ke panitia, yang menyatakan saya terkena hipotermia dan harus segera masuk ke medis.

 

Setelah lebih dari 20 menit berada di ruang medis, saya merasa cukup hangat dan memutuskan untuk melanjutkan lari 42 km. Dengan pengawasan medis, saya diberi izin untuk melanjutkan dengan mengenakan penghangat plastik silver, yang akhirnya saya lepas di km 10 karena mengganggu pace lari.

 

Lari kali ini benar-benar penuh tantangan, terutama dengan tanjakan setinggi 500 meter dan hujan deras yang terus mengguyur. Kondisi lintasan menjadi semakin licin dan gelap mulai turun, menambah kesulitan. Namun, saya tetap fokus dan akhirnya berhasil mencapai garis finish dengan waktu lari 4 jam 37 menit, meski sempat berhenti di medis.

 

Banyak peserta yang mengalami DNF (Did Not Finish) sejak fase sepeda akibat cuaca ekstrem. Namun, puji Tuhan, saya bisa menyelesaikan race ini. Ini adalah IRONMAN terberat yang pernah saya jalani, bukan hanya karena rutenya, tetapi karena suhu dingin yang tidak biasa untuk orang Asia seperti saya.

 

Dengan air mata penuh rasa syukur, saya keluar dari garis finish. Pengalaman ini mengajarkan saya satu hal: jangan pernah menyerah, apapun tantangannya. Percayalah, pertolongan Tuhan selalu ada dan tidak pernah terlambat.

 

Semangat terus, teman-teman!