Next Journey
Previous Journey
© Welem Tannasa | Website design by Monarchy Production
Namun, di tengah persiapan intensif untuk Tokyo Marathon, ada urusan yang membuat saya harus melakukan perjalanan ke Singapura. Tapi bagi saya, tidak ada alasan untuk berhenti latihan, meski di tengah kesibukan sekalipun. Latihan tetap menjadi prioritas utama. Setiap pagi, saya masih menjalani rutinitas lari di area jogging track Singapura, sejauh 12 km di tengah hiruk-pikuk kota.
Saat hari kedua di Singapura, saya menemukan track lari yang sangat nyaman di sekitar Marina Bay Sands. Track sepanjang 4 km ini tidak hanya memberikan ruang untuk berolahraga, tetapi juga menawarkan pemandangan yang luar biasa. Berlari di sepanjang pantai dan dermaga, sambil menghirup udara segar dari laut, benar-benar pengalaman yang menyegarkan. Bagi teman-teman yang sedang berada di Singapura, jangan lewatkan kesempatan ini!
Di awal tahun 2024 ini, saya ingin mengajak kalian semua untuk terus semangat mengejar impian dan meraih pencapaian baru. Jangan pernah berhenti! Kali ini, saya ingin berbagi agenda saya untuk tahun ini, khususnya mengenai event pertama yang akan saya ikuti, yaitu Tokyo Marathon pada tanggal 3 Maret 2024.
Saat ini, hanya tinggal satu bulan lagi menuju event tersebut, dan berbagai program latihan sudah saya jalani. Minggu lalu, saya berhasil menyelesaikan lari sejauh 30 km sebagai bagian dari persiapan. Dengan berbagi momen latihan ini, saya berharap bisa menginspirasi teman-teman semua untuk tetap semangat menjalani tujuan masing-masing.
Puji Tuhan, teman-teman! Setelah berjuang melintasi 42,2 km di Tokyo Marathon 2024, akhirnya saya berhasil menyentuh garis finish dengan catatan waktu 03:23:16. Meski sesuai dengan PB saya, target untuk finish di bawah 3 jam 20 menit belum tercapai.
Persiapan untuk Tokyo Marathon kali ini memang terasa cukup berat. Waktu yang saya miliki hanya 1,5 bulan, ditambah lagi 10 hari sebelum lomba, saya harus pergi ke Singapura untuk menemani istri berobat. Ini membuat persiapan saya semakin terbatas, dan tantangan menjadi lebih berat, baik secara fisik maupun emosional. Bahkan, satu minggu sebelum lomba, saya masih merasa belum sepenuhnya siap karena kelelahan setelah perjalanan ke Singapura serta kekhawatiran akan kondisi istri.
Hanya empat hari sebelum keberangkatan ke Tokyo, hamstring saya mulai bermasalah, memaksa saya melakukan terapi massage untuk mengurangi ketegangan otot. Dan benar saja, saat berlari di km 36, hamstring saya kembali terasa, membuat pace saya melambat hingga mencapai garis finish.
Namun, meskipun belum mencapai target yang saya inginkan, saya tetap bersyukur atas kemampuan yang Tuhan berikan untuk menyelesaikan lomba dan mencapai PB. Pengalaman ini mengajarkan saya bahwa seorang atlet bukan hanya dinilai dari kecepatannya, tetapi juga dari ketahanannya. Kita harus siap menghadapi segala rintangan, baik fisik maupun mental, dalam perjalanan menuju garis finish.
Semoga cerita ini bisa memotivasi teman-teman semua. Jangan pernah menyerah, karena setiap langkah adalah bagian dari perjalanan kita menuju tujuan.